Finally, akhirnya liburan di bulan Agustus ini diakhiri dengan
injury time blessings. Kenyataan yang gak pernah ane duga duga seumur hidup.
Hai agan agan, balik lagi dengan ane PCJAMES. Hari ini ane kembali menulis
thread gansist. Kali ini ane akan menuliskan pengalaman yang ane alami di masa
liburan terpanjang ane. Liburan kelulusan + corona. Di thread ini, ane hanya
membagikan pengalaman pribadi ane dari awal sampai diterima di 2 PTN TOP 10 di
Indonesia ini.
Tapi
tetap, ane tidak mau tunduk dan ikut dengan pelajaran sekolah. Disaat teman teman
ane banyak yang mengejar rank, nilai bagus, hingga contek sana sini, ane total
bodo amat. Prinsip ane adalah, gak masalah ane terlempar jauh dari rank 10
besar, asalkan ane mempertahankan kejujuran dan tetap konsisten
mengejar ilmu dan bukan nilai. Dan kini terbukti. Selain itu, ane
malah makin rajin nulis dan menjadikan KASKUS sebagai prioritas utama ane
selama masa SMA. Karena ane pribadi menganggap pengalaman kerja dan
pengembangan individual skills adalah bekal yang terutama buat ane di masa depan.
Okey,
beres soal latar belakang ane di SMA. Sekarang skip ke masa masa pemilihan PTN
dan pengalaman mengikuti UTBK.
Yap,
sudah bertahun tahun bahkan sejak SD ane telah bercita cita untuk berkuliah
di Universitas Indonesia (UI). Karena sejak SD ane sangat suka
dengan materi Negara Negara di pelajaran IPS, maka dari itu sejak kelas 5 SD
ane sudah bercita cita untuk menjadi Diplomat dan berkuliah di FISIP UI.
Namun, orang tua ane sangat sangat menentang ane untuk berkuliah di jurusan itu
karena mereka mau ane menjadi dokter. Sejak saat itu, ane tinggalkan cita cita
ane untuk masuk FISIP. Namun tetap hati pada UI. Yap, UI menjadi satu
satunya PTN yang ane pernah impikan seumur hidup.
Di SMA,
ane yang sangat kehilangan mood untuk belajar sering menghabiskan waktu untuk
merangkai pilihan PTN ane nanti. Yap, cuma rencanain doang bukan belajar buat
itu. Saat itu ane tetap menaruh Kedokteran UI sebagai pilihan pertama ane dan
juga Kedokteran UNS untuk pilihan kedua. Sejak itu pula ane sudah menyiapkan
chance lain untuk jaga jaga kalau gak dapet UI.
Namun,
makin lama ane di SMA dan makin lama ane gak peduli sama pelajaran, ane mulai
goyah dan hopeless. Setiap tahunnya ane mengalami downgrade harapan. Ane pun
banyak mencari pelarian harapan dari UI dan menargetkan kampus lain untuk
SBMPTN nanti. Kelas 10 sempat UNPAD, lalu kelas 11 ane sempat
menargetkan UNS, hingga kelas 12 ane menargetkan UNAIR dan
downgrade lagi ke UPN Veteran Jakarta. Yap, secara natural UI masih
menjadi satu satunya PTN yang ane impikan dan idamakan. Namun karena rasa
enggak pantas, ane menargetkan 4 PTN lain itu sebagai pelarian.
Hingga
akhirnya, masa masa persiapan UTBK di masa libur + corona ini datang. Di
pertengahan bulan April. Ane yang masih belum belajar malah keasyikan ngulik
ngulik soal PTN. Dan akhirnya, ane mendapat secarik harapan yang membuat ane
berani untuk mengambil pilihan di kampus idaman ane, UI. Pada
saat itu ane berpikir. Bagaimana caranya ane masuk UI tapi tetep diizinin ortu.
Karena ane sadar FK UI itu sangat tinggi. Hingga muncul, ternyata passing
grade FKG UI bisa dibilang tak setinggi FK di tahun 2019. Ada
di angka 661. Dari sana ane berpikir, ane bisa tetep ambil kampus favorit ane
tapi enggak dilarang ortu karena ambil jurusan yang mereka inginkan. Yap, bener
bener masa UTBK ini pilihan ane hanya boleh sesuai sama yang ortu ane mau. Dan
kira kira beginilah cara dan perjalanan belajar ane :
Pertama
tama, jujur ane bukan orang yang bisa menjadi contoh baik untuk angkatan bawah
ane jika mencari refrensi belajar. Karena sebenarnya ane bukan orang yang rajin
apalagi ambis dalam belajar. Disaat orang lain belajar sampai 5 jam lebih,
membeli banyak buku latihan soal, hingga merangkum dan mencatat materi, ane
malah gak pernah melakukan itu semua, sama sekali.
Selama
masa persiapan, ane hanya belajar selama 2 Bulan untuk UTBK
serta mendapatkan skor UTBK itu sendiri (Karena Jalur Mandiri memakai nilai
UTBK). Ane hanya belajar dari awal Mei hingga akhir Juni, yap 2 Bulan. Selain
itu, ane hanya belajar maksimal 2 Jam per hari nya. Yap, gapernah
bisa sampe berjam jam kayak orang lain. Dan cara pembelajaran ane hanya tok
duduk dikursi dan nonton video pembahasan dan materi UTBK dari Zenius dan
Pahamify. Dan ane enggak mencatat sama sekali. Oh iya, ane juga enggak memakai
bahkan engga punya satupun buku fisik untuk belajar UTBK.
Namun,
ada satu cara yang mungkin agak beda dengan pembelajaran orang lain. Ane punya
kebiasaan dan juga target untuk mengerjakan Try Out hampir
setiap hari, setiap tengah malam. Yap, total ane sudah
mengerjakan 42 TryOut UTBK selama persiapan dan
selalu di tengah malam. Kenapa tengah malam, karena tengah malam adalah waktu
terberat manusia untuk konsentrasi dan ane latih hal ini di sana, di waktu yang
gak wajar. Dan juga karena mood ane lagi naik naik nya di tengah malam. Karena
tengah malam adalah waktu paling tenang dan adem buat ane.
Loncat ke
beberapa hari sebelum UTBK. Masa masa dimana ane banyak banget overthink dan
nervous. Ane bener bener gak yakin sama usaha ane dan karena ane total ga ambis
juga. Tapi akhirnya ane nyoba nenangin diri dengan lihat recap nilai nilai TO.
Lalu, tibalah hari pelaksanaan UTBK alias ane dapat jadwal di hari pertama.
Bersyukur saat itu mental ane lagi tenang tenangnya dan siap ngerjain soal. Dan
tibalah waktu memasuki ruangan dan melihat soal.
Ane
terdiam, agak kesel, namun tetep berusaha tenang. Dari subtes pertama, soal
yang keluar bener bener jauh dari hasil belajar ane. Rancu adalah kata yang
paling pas untuk menggambarkan itu. Enggak susah tapi tricky. Namun karena
waktu yang sangat cepat berjalan, ane berusaha mengerjakan setenang mungkin.
Subtes pertama ane lalui dengan agak goyang. Namun bersyukurnya di 4 subtes
berikutnya ane bisa mengerjakan dengan tenang dan teliti. Meskipun yang keluar
tetap abstrak dan tricky. Usailah pelaksanaan UTBK.
Setelah
itu, ane langsung cek twitter dan twitter lagi rame banget tentang UTBK.
Ternyata banyak banget yang ngeluhin bahwa soal UTBK ini aneh banget, sangat
jauh dari TO dan juga ada soal bahasa panda. Sempet trending
juga soal kebocoran soal dan akhirnya malam hari seusai UTBK hari pertama
adalah hari dimana bahasan tentang UTBK di twitter lagi rame rame nya.
Kesananya hingga akhir UTBK gel 2 semuanya agak tenang.
1 bulan
lebih ane lewati sambil menunggu pengumuman UTBK dengan dipenuhi overthinking.
Akhirnya tiba tanggal 14 Agustus 2020. Saat itu ane sudah siap dengan apapun
hasilnya, lagipula ane juga sudah diterima di Telkom University.
Dan saat dibuka, yap ane enggak keterima. Detik itu ane langsung
legowo dan berpikir. Yaudah kali ya emang mungkin ane jalannya di Telkom aja.
Dan mungkin emang skor ane ancur banget, apalagi soalnya rancu jadi apa yang
ane anggep teliti belum tentu tepat. Tapi, saat ane buka skor ane semua hal
yang ada dalam diri ane berubah.
Ane dari
yang sudah legowo banget berubah jadi kesel dan gak terima ketika melihat skor
ane ada di angka 601. Yap, skor yang termasuk tinggi dan
diatas rata rata untuk UTBK 2020. Pasalnya standar tinggi di UTBK 2020 hasilnya
berbeda dengan 2019. Dan patah hati pertama ane adalah ketika melihat orang2
yang diterima Universitas Brawijaya dan dijurusan yang menurut
ane favorit dengan range skor 550an - 580an. Di situ ane berpikir, ane gak
terima dengan skor besar ane malah dapet zonk. Sementara yang punya nilai
medioker bisa dapet PTN. Tapi yang saat itu ane salahkan bukan orang lain,
apalagi Tuhan. Karena buktinya Tuhan memberikan ane skor yang tinggi. Yap,
saat itu ane menyalahkan orang tua ane yang sangat sangat mengikat ane dalam
memilih jurusan (harus FK / FKG) dan membuat nilai ane sia sia.
Sempet ngambek sejenak ane hehe.
Setelah
itu, ane langsung mendaftar di Seleksi Mandiri 2 PTN yang seumur hidup ane
enggak pikirkan bahkan rencanakan untuk ane kejar. Yap, ITB dan UB.
Pertama soal ITB. Sejak ane kecil hingga mau lulus SMA, gak pernah sekalipun
ane kepikiran untuk ngejar ITB karena ane pikir semua jurusan di sini terlalu
saintek dan hitung2an. Namun, hanya dalam satu hari. Yap, cuma 1
hari ane mikirin tentang ITB karena ane menemukan jurusan yang ane minati yaitu Teknik
Pangan di Fakultas Teknologi Industri (FTI). Dan saat itupun ane mendaftar
di SM ITB dengan pilihan FTI dan SAPPK (Arsitektur dan Planologi).
Kedua,
Brawijaya. Sebelumnya ane juga gak pernah sekalipun mikirin kampus ini. Karena
yang ane tahu kampus ini menjadi PTN dengan peminat terbanyak di Indonesia,
bahkan hingga melewati UNPAD. Dan tahun ke tahun Brawijaya selalu mengalami
peningkatan posisi di rank rank kampus di Indonesia. Lalu, ane juga akhirnya
daftar di kampus ini hanya dengan satu hari berpikir. Pada saat itu ane
langsung menemukan jurusan yang ane juga suka yaitu Psikologi. Kota Malang yang
juga menjadi kota terfavorit ane di pulau Jawa juga menjadi salah satu faktor
ane memilih UB.
Ane hanya
daftar di 2 kampus itu karena takut mubazir uang untuk daftar mandiri lain. Ane
pun menceritakannya ke ortu ane. Dan ortu ane tetap berpendirian untuk enggak
boleh mengambil PTN itu even jika diterima karena jika diambil, uang
kami di PTS akan total hangus. Dari situpun harapan ane mulai hilang, dan cuma
pingin ngerasain keterima aja. Hari demi hari ane lalui dengan hampa dan lemes.
Ane berpikir kalau ane harusnya bersyukur aja. Ane gak dapet SBMPTN juga bukan
karena bego dan skor ane gede. Dan ane juga masih punya kampus yang termasuk
swasta top class. Tapi tetep ada yang kerasa ganjel banget. Di masa masa itu
ane seringin main sama temen temen dan mulai ngelupain soal PTN things ini.
Akhirnya
tibalah tanggal 27 tengah malam. Bukan waktunya pengumuman ITB tapi pengumuman
UGM yang ane pun ga daftar. Di situ ane pun mulai ngikutin soal PTN lagi di
twitter dan mantengin orang orang yang keterima, sampe ane baru keinget kalau
besok pengumuman ITB ane. Hingga tiba keesokan hari, dengan datar ane buka
pengumuman.
Yap, ane
diterima di pilihan pertama ane yaitu FTI ITB dan tanggal 30
Agustus 2020, ane berhasil diterima di Psikologi - Universitas
Brawijaya. Disitu ane seneng "biasa aja", bahkan cuma sebentar.
Karena kegagalan mendapat UI masih membekas bagi ane.
Singkat
cerita ane pun memberitahukan hal ini kepada orang tua ane. Dan hasilnya lebih
mengejutkan dan lebih membahagiakan. Tiba tiba orang tua ane berubah pikiran
sangat drastis. Ane diizinkan untuk mengambil kuliah ane di ITB dan
juga mereka mulai mengikhlaskan uang kami di PTS. Meskipun jadi ane yang engga
enak sendiri karena tau biaya yang harus dikeluarkan sangat besar, tapi karena
orang tua ane semangat dan keluarga besar ane sangat bahagia, jadi ane nurut
aja. Dan perubahan hati dan pikiran orang tua ane ini adalah berkat terbesar
dari Tuhan yang ane alami dan dapatkan, bukan soal keterima PTN nya. Selain
itu, dari 360 total siswa di sekolah ane, hanya 7
siswa yang diterima di ITB, dan ane menjadi salah satunya. (Mayoritas UPI)
Kalau
untuk yang Brawijaya ? Jujur ane lebih pingin ambil yang ini. Jelas karena
biaya persemester nya yang lebih murah (4Juta) dan juga beban pikiran ane kalau
di kampus ini sepertinya akan lebih "tenang". Tapi karena UB ini jauh
dari domisili ane, jadi menurut ortu ane biaya yang dikeluarkan juga gak bakal
beda jauh (Kost dll). Jadi mereka tetap yakin untuk mengambil ITB. Nah, tenang
gansist. Meskipun jatah kursi ane di UB ga di ambil, bukan berarti ane
membuang kursi orang lain. Ane salut dengan UB, jadi kursi ane bisa
dialihkan buat sesama peserta SMUB yang belum diterima pada tanggal 4 September
2020.
Mungkin
cara setiap orang belajar untuk meraih target atau sesuatu memang beda beda.
Ada yang harus rajin banget atau sampai ambis banget tapi juga ada yang santai
dan mungkin berantakan tapi gampang ngerti. Ane beruntung menjadi orang
yang enggak perlu ambis untuk soal belajar karena ane juga
bukan orang yang secara natural sangat concern sama pelajaran. Tapi yang ane
tekankan disini adalah, ada dua hal yang harus setiap orang miliki jika ingin
meraih target nya. Dalam hal ini, PTN.
Pertama,
konsistensi. Memang, waktu belajar ane dibandingin anak lain itu minim dan
rendah banget. Tapi, meskipun begitu ane selalu mencoba untuk konsisten. Hanya
dua jam sehari tapi ane selalu lakukan pembelajaran itu setiap hari. Apalagi
kalau mood bagus, bakal non stop even hari minggu. Dan yang kedua adalah
temukan cara belajar ternyaman untuk kalian. Seperti yang sudah ane mention
diawal, cara orang belajar itu beda beda. Jadi, engga bisa serta merta ikutin
cara belajar keras biar bisa mencapai target itu karena belum tentu cocok. Ane
pribadi beruntung bisa menemukan cara belajar ternyaman untuk ane yaitu melalui
video pembelajaran Bimbel Online dan pembahasan TO. Sehingga, dengan metode
belajar ternyaman ini ane enggak perlu overstudy dan ambis.
At the end, apakah ane langsung bangga menjadi anak ITB? Apakah ane langsung merasa tinggi or etc? Total nope gan. Hal unik yang ane rasakan setelah keterima ITB adalah, rasa hati yang ditekan luar biasa. Yap, ane total gabisa merasa sombong dan jumawa. Yang ane rasakan adalah rasa rendah diri dan takut kalau ane gak bisa menjadi mahasiswa yang seengkanya ada di tingkat rata rata di ITB. Ane pun sempat goyah mental di beberapa hari setelah pengumuman. Namun, sisi positifnya adalah ane bisa lebih rendah hati dan juga bisa lebih berani untuk mengambil tantangan yang ada didepan. Tuhan memberi ane berkat ini agar ane bisa keluar dari zona nyaman dan menjadi orang yang rendah hati. Di masa perkuliahan, ane akan menjalankannya dengan mengalir namun juga dengan usaha yang keras untuk bisa menjadi mahasiswa yang "layak" di ITB. Ane juga berprinsip bahwa mendapat PTN itu bukan kebanggan. Karena dengan mendapat PTN, belum ada hal yang kita hasilkan. Karena yang namanya kebanggaan menurut ane harus berupa hasil.
Kalau soal faktor lain gimana gan ? Kayak doa gitu ? Jujur, ane bukan tipe orang yang rajin berdoa saat punya harapan / akan menghadapi ujian. Tapi ane menerapkan pada diri ane untuk berdoa setiap hari secara rutin tanpa berharap untuk impian ane. Yang ane doakan adalah ucapan terima kasih pada Tuhan dan meminta kehendak Tuhan yang terbaik untuk ane. Karena ane percaya apa yang akan diberikan Tuhan bukan yang kita inginkan, tapi sesuatu yang pantas kita dapan berdasarkan usaha kita & juga apa yang Tuhan mau. Yap, ane gamau jadi orang yang cuma datang ke Tuhan jika kita butuh dan tiba tiba mengharapkan keajaiban dan jalur langit. Meskipun ane masih banyak dosa, atleast ane berdoa setiap hari untuk meminta pengampunan dan berbicara pada Tuhan.
Sekian thread pengalaman ane, kalau agan agan ada yang mau diskusi di komentar boleh kok. Buat agan agan yang mungkin akan mengejar PTN juga tahun depan, boleh diskusi juga atau tanya tanya. Kali aja pengalaman ane bisa jadi tambahan refrensi kalian. Thanks for reading and have a nice day.
Comments
Post a Comment