My Ex, Losing You Is My Biggest Mistake


"Vin, gue baru sadar. Gue sebelumya gak mikir kenapa gue selalu sia sia in lo. Tapi sekarang gue baru ngerasain. Gue kehilangan orang yang bener bener sayang sama gue dan orang yang bener bener selalu ada di dekat gue karena gue milih orang lain. Dan yap, sekarang gue bener bener menyesal. Gue tau lu gak akan maafin gue. Tapi gue cuma mau ngungkapin isi hati gue yang paling dalam ini. Sorry for everything Vin."

Huft, namanya penyesalan selalu datang di akhir. Kita kadang tidak menyadari bahwa apa yang kita perbuat bisa membuat kita menyesal di kemudian hari. Salah satunya ini, gue kehilangan dia, mantan gue karena kebodohan gue sendiri.

Perkenalkan, nama gue James. Gua adalah pelajar SMA di kota Bandung. Kali ini gue akan menceritakan tentang mantan gue selama masa SMP gue. Mantan yang mungkin udah bener bener gak mau tau nama gue lagi. Yes, losing her is my biggest mistake.

Bandung, 2015

Saat itu gue baru aja naik ke kelas 8. Seperti biasa gue gak pernah antusias jika masuk setelah liburan. Gue selalu duduk di bangku paling belakang. Oh iya, saat itu gue cukup bersyukur karena gue sekelas lagi dengan sahabat gue yaitu Ali. Dan gue bersama Ali duduk sebangku. 

Saat itu, gue bener bener males kenalan sama orang baru di kelas baru gue. Kerjaan gue dikelas cuma ngotak ngatik HP. Hingga suatu waktu, ada orang baru yang masuk ke kelas gue. Wajahnya benar benar gak familiar. Dia bukan dari kelas lain yang gabung ke kelas baru gue. Dia pun duduk di bangku paling depan. Tubuhnya mungil, rambutnya panjang dan lurus. 

Seperti biasa, namanya kelas baru pasti diadakan sesi perkenalan. Dan akhirnya, gadis yang gue lirik tadi memperkenalkan diri. Ia pun berdiri menghadap ke teman teman sekelas. Akhirnya gue bisa melihat wajahnya. Ternyata ia adalah murid baru, murid pindahan. Namanya Revina, dipanggil Vina. Tubuhnya mungil, kulitnya sawo matang manis dan juga berkacamata. Gue yang awalnya gak tertarik tiba tiba jadi sering ngelirik dia dan gue berpikir, manis juga nih cewek.

Satu tahun kemudian, 2016

Yap, gue memang kenal dan sekelas dengan dia di kelas 8. Namun, gue baru benar benar "kenalan" dengannya setahun kemudian. Saat itu liburan kenaikan ke kelas 9. Gue saat itu sedang sering seringnya main ask.fm. Saat berselancar di situs tersebut, tiba tiba gue menemukan nama yang cukup familiar yaitu Revina. Saat itu gue masih menaruh rasa penasaran gue pada dia dan akhirnya coba gue ajak kenalan di ask.fm.

Perkenalan gue dengan dia berjalan cukup lancar. Gue yang awalnya mengira dia jutek karena selama setahun sekelas dengannya tidak pernah ngobrol. Tapi, ternyata dia adalah orang yang ramah. Kita pun bertukar id line dan sering chatan disana. Niat gue saat itu cuma mau cari teman dekat, namun ternyata kita malah chat tiap hari.

Libur pun berakhir dan waktu masuk sekolah pun datang. Seperti biasa, gue masuk sekolah tanp semangat dan gairah. Namun, di hari pertama tiba tiba gue bertemu Revina di depan kelas gue. Gue pun akhirnya mulai mengobrol langsung dengannya. Ternyata dia masuk ke kelas yang berbeda dengan gue. Namun saat itu gue dan Revina janjian untuk masuk satu eskul yang sama.

Hubungan gue dan Revina di chat pun masih berjalan lancar. Dia sudah menganggap gue sebagai sahabatnya. Apapun masalah yang dia hadapi ia selalu curhat ke gue. Gue pun adalah orang yang senang senang aja mendengar curhat dari orang lain. Sampai suatu ketika, dia curhat tentang seorang cowok kepada gue. Dia cerita kalau ada salah seorang temen gue yang mendekati dan nembak dia. Dia pun meminta saran gue untuk mengambil keputusan. Gue pun bertanya ke dia, siapa yang nembak lo Rev? Ternyata orang itu adalah salah satu sahabat gue yaitu Adrian.

Gue pun yang saat itu berhubungan baik dengan Adrian tidak sungkan untuk menyarankan Revina untuk menerima cintanya. "Terima aja Rev, gue tau Adrian orangnya baik banget." Yap, karena saat itu gue belum punya perasaan pada Revina makanya gue ikhlas ikhlas aja kalau dia jadian dengan sahabat gue sendiri. Revina yang tadinya gak yakin akhirnya mencoba saran dari gue dan mereka jadian.

Secara pribadi, gue adalah tipe laki laki yang memilih untuk tidak terlalu dekat dengan cewek yang sudah memiliki pacar. Bukan karena gue cemburu tapi karena menurut gue menikung pacar orang lain itu jahat. Akhirnya gue mencoba untuk jarang berkomunikasi dengan Revina. Tapi, Revina selalu saja mengajak gue chat tiap hari. Kadang gue gak jawab agar gue tidak terkesan menikung Adrian.

Namun, Revina menyadari tindakan gue. Dia mengira kalau gue cemburu atas hubungannya dengan Adrian. "James, please gue gamau hubungan kita rusak cuma gara gara gue jadian sama cowo lain. Gue udah anggep lu sebagai sahabat terbaik gue dan gue gamau hubungan kita renggang." ujar Revina. "Engga kok Vin, gue ngejauh bukan karena gue cemburu dan gak suka sama hubungan kalian berdua. Tapi gue menjauh karena gue gak mau dikira nikung lo dari Adrian." Balas gue. "Udah, James. Gue gamau. Gue cuma mau lo tetep jadi James yang dulu. Jangan sama sekali jaga jarak sama gue. Gue yakin lo gakan nikung Adrian." ujar Revina.

Karena permintaanya, gue pun akhirnya hanya bisa nurut saja. Kami setiap hari selalu bertemu saat istirahat. Dia masih seperti Revina yang lama, selalu cerita kepada gue tentang apapun. Hubungan mereka telah berjalan sebulan. Namun, Revina sering sekali mengeluh pada gue tentang Adrian. Dia selalu bilang dia gak bisa suka sama Adrian meskipun Adrian adalah cowok yang sangat baik. Gue pun terus menyarankan Revina agar tetap setia sama Adrian. Namun dia sering menolak. Bahkan, pernah suatu hari Adrian mengajaknya untuk ngedate, namun dia malah mengajak gue untuk menemaninya dan ketahuan Adrian. Saat itu Adrian cukup merasa kesal, tapi Revina juga tidak mau kalah.

Di suatu sore, Revina mengirim pesan chat untuk gue. Pesan yang mungkin cukup mengagetkan. "James, gue mau jujur sama lo. Sekarang gue memang masih pacarnya Adrian. Namun, dari awal jadian gatau kenapa hati gue gapernah bisa gue kasih ke dia. Gue malah selalu kepikiran sama satu cowo. Dan gue rasa gue bener bener sayang sama cowok itu. Dan jujur, cowo itu adalah lo James.". Gue pun yang baru membaca pesan itu cukup kaget dan langsung membalasnya. "Yang bener aja lu Vin. Gue cuma sahabat lu. Dari awal gue deket sama lu itu gak make perasaan. Lu sekarang juga udah ada yang punya, tapi kenapa ternyata lu sayang nya sama gue?" balas gue.

"Gak tau James, dari awal kita deket gue tau lu emang gak ada niat untuk macarin gue. Gue juga tau lu gak ada perasaan apa apa sama lu. Tapi masalahnya ada di gue. Dari awal gue udah merasa nyaman banget sama lo. Sampai gue pun menaruh perasaan gue buat lo. Dan mungkin, hati ini cuma buat lo James. Please, bantu gue akhirin hubungan gue sama Adrian dan kita jadian yah." ucap Revina.

"Tapi Vi, gue gamau jadi orang jahat yang nikung sahabat gue sendiri. Masa gue jadi alasan lo untuk pisah sama dia?" balas Gue. "Gimana lagi James, yang namanya perasaan gabisa diajak bohong. Gue gamau pacaran sama siapa tapi sayangya sama siapa." balas Revina. "Yasudahlah Vin. Gue nurut aja sama lo, mungkin gue juga harus bisa menerima hati lo. Tapi untuk ngakhirin hubungan lo dan Adrian gue gak ikut campur." tutup Gue.

Akhirnya Revina cukup luluh dengan penjelasang gue. Dia pun minta putus dengan Adrian. Padahal, jelas gue lihat Adrian benar benar merasa sedih. Ia juga sayang kepada Revina secara tulus namun mau gimana lagi, hati Revina cuma untuk gue. Setelah kejadian itu gue pun jadian dengan Revina. 20 September 2016.

Berbeda dengan Revina yang bener bener sayang sama gue, Gue malah menjalani hubungan dengan flat. Gue saat itu belum memiliki perasaan apa apa dengan Revina. Hanya gue merasa nyaman banget selalu dekat sama dia. Hubungan kita berjalan seperti biasa, jalan bareng, chatan setiap hari, eskul bareng, dan lain lain. Semua hal itu gue lakuin seperti kepada sahabat dengan tanpa perasaan apapun.

Hubungan gue pun berjalan lancar dengan nya. Perasaan yang tadinya kosong perlahan lahan mulai muncul. Revina pun benar benar sayang kepada gue. Namun, seiring berjalannya waktu, sifat buruk gue ketika berhubungan perlahan muncul. Sifat buruk gue ditambah perasaan setengah hati gue kadang membuat konflik.

Yap, jujur saat itu gue bukan orang yang setia. Berbeda dengan Adrian yang sangat perhatian. Gue orangnya terlalu cuek kepada cewek. Gue hampir gak pernah mulai chat duluan ataupun ngajak jalan bareng. Kadang ucapin monthversary aja suka lupa. Tapi, Revina tetep setia sama gue. Bahkan saat sifat buruk gue menjadi jadi. Beberapa kali Revina mergokin gue chatan sama cewek lain, yang kadang juga mantan gue sebelumnya.

Revina juga pernah mergokin gue lagi jalan berdua dan mesra mesraan dengan temen sekelas gue. Bahkan kasarnya bisa dibilang sebagai selingkuhan gue. Revina pun sempet marah dan berkali kali nangis karena gue. Tapi gue kadang hanya minta maaf dan tidak memperdulikan perasaanya. Bodohnya Gue, Jahatnya Gue. Tanpa sadar gue udah benar benar menyia nyiakan wanita yang sayang sama gue dan menyakitinya.

Dengan segala sakit hati yang ia terima dari gue, salutnya dia masih setia sama gue. Dia berkata bahwa perasaan sayangnya terhadap gue belum bisa hilang meskipun gue sering jahat pada dia. Namun bodohnya, gue pun masih tergoda untuk melakukan kebiasaan buruk gue. Berkali kali gue buat dia nangis karena dekat sama cewek lain. Kadang jahatnya gue beberapa kali "manfaatin" dia untuk kebiasaan buruk gue. Dan dia dengan rasa sayangnya mau memberikannya dengan ketulusan. Namun, gue pun masih belum sadar sadar akan kasih sayangnya.

Dengan segala kebaikan hati Revina dan dengan segala kebrengsekan gue hubungan kita terus berjalan. Kadang untuk tak melukai hatinya gue berusaha untuk menahan diri untuk gak nakal dan lebih perhatian padanya. Akhirnya setelah 8 bulan menjalani hubungan, kita lulus SMA. Gue pun dan Revina masuk SMA yang berbeda dan kita terpisah. Saat liburan kelulusan kami juga tetap menjaga komunikasi.

Masa SMA pun tiba. Gue memasuki dunia baru gue di SMA, sama halnya dengan Revina di sekolah baru nya. Gue mendapat banyak teman baru dari lingkungan baru. Namun, sayangnya kesalahan dan penyesalan terbesar gue terjadi di masa SMA, tahun pertama gue di SMA. Sisi buruk gue untuk mendua tiba tiba muncul lagi, apalagi saat gue bertemu dengan seorang gadis di SMA gue. Gadis itu bernama Azzahra. Dia berhasil mencuri perhatian gue. Dia terlihat lebih cantik dari Revina dan terlihat lebih agresif.

Saat itu kedekatan gue dengan Azzahra dimulai dengan kejadian yang sama ketika gue mulai dekat dengan Revina. Azzahra yang saat itu sudah memiliki kekasih juga dekat dengan gue dan sering curhat kepada gue. Gue pun yang saat itu juga tertarik dengan "fisik" Azzahra mulai memalingkan hati padanya. Akhirnya Azzahra juga berpisah dengan kekasihnya dan mulai menjalin hubungan dengan gue. Kita belum resmi berpacaran karena gue belum bisa memutuskan Revina.

Namun, hubungan kita sudah benar benar dekat. Mungkin lebih dekat daripada hubungan gue dan Revina karena berbeda sekolah. Saat itu gue pun sering merasa bingung. Apakah sebaiknya gue tinggalkan Revina agar bisa jadian dengan Azzahra? Dan yap, bodohnya gue saat itu adalah meninggalkan Revina.

Hubungan kita sudah mau berusia 1 Tahun. Namun, tepat di hari ulang tahun nya, satu minggu sebelum anniversary kami, gue benar benar bodoh dan menghancurkan perasaanya. Gue memutuskan untuk putus dengan Revina tepat di hari ulang tahunnya hanya untuk memilih Azzahra. Saat itu Revina sangat sedih, kecewa, dan benar benar tak bisa menerima gue lagi. Gue sudah terlalu parah melukai hati nya.

Akhirnya, gue pun menjalin hubungan dengan Azzahra. Hubungan kami di awal memang terlihat lebih menarik daripada hubungan ku dengan Revina. Sifat Azzahra yang lebih agresif dan menarik membuat gue lebih betah dengannya dan ia juga berhasil membuat gue tidak dekat dengan gadis lain. Gue pun menganggap bahwa keputusan gue meninggalkan Revina berbuah baik.

Namun, semua ekspektasi dan kenangan manis diawal buyar sebuyar buyarnya. Tepat 4 bulan setelah kami jadian, tanpa alasan yang jelas Azzahra meninggalkan gue. Memutus kontak dengan gue. Dan bahkan di kehidupan nyata benar benar seperti orang yang tidak kenal sama gue. Gue pun gaktau alasannya dan cukup shock. Cewek yang gue anggap benar benar sayang dengan gue tiba tiba meninggalkan gue tanpa alasan.

Pada akhirnya, setelah kepergian Azzahra gue mulai sering merenung. Memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. Dan akhirnya gue sadar, mungkin peristiwa ini terjadi karena Karma. Gue memang harus merasakan sakit hati karena gue sudah menyakiti hati orang lain. Gue pun akhirnya tahu bagaimana rasanya sakit hati karena orang yang kita sayang mengecewakan kita. Dan tentu saja, penyesalan yang amat dalam terus gua rasakan. Gue benar benar menyesal telah meninggalkan serta berkali kali melukai dan menyianyiakan perasaan Revina. Akhirnya gue tersadar, namun setelah semuanya berjalan salah dan diwaktu yang salah.

Revina pun masih memblokir semua sosial media gue. Ia benar benar sakit hati. Dia benar benar benci pada gue. Sudah terlalu banyak luka yang gue buat di hati nya. Sekarang, hanya penyesalan akibat kesalahan dan kebodohan yang gue perbuat di masa lalu. Akhirnya, gue pun menulis pesan terakhir gue untuk Revina, meskipun gue tahu ia tak akan sudi membacanya.





Dengan kejadian inilah, gue mulai belajar. Gue harus menjadi laki laki yang "peka" terhadap perasaan pasangan kita. Gue juga belajar untuk berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Serta gue belajar menjadi laki laki yang setia serta menjaga perasaan seorang wanita. Karena, jika kita melukai perasaan orang yang sayang kepada kita suatu saat kita juga akan merasakan sakit hati itu dari orang lain yang bahkan kita juga sayangi.

Akhirnya, kini gue mulai belajar untuk menjadi laki laki yang lebih baik. Gue pun lebih sering menghabiskan waktu sendiri dan tidak mencari pasangan lagi. Gue hanya takut akan melukai perasaan orang lain lagi, atau mungkin gue yang akan terluka lagi.

The End

My Story, 2015 - 2018 - PCJAMES.

Comments