Hijrahku : Puasa Bukan Hanya Menahan Nafsu, Tapi Juga Belajar Menghargai


"Yang namanya puasa, menurut gue semua harus menghargai mayoritas. Gak ada yang boleh makan atau minum bahkan berjualan saat jam puasa. Itu artinya gak menghargai gue, bahkan gak menghargai umat beragama yang lain !"

Setiap bulan puasa datang dan mulai berjalan, itu yang selalu muncul di pikiran gue. Puasa itu menurut gue berat, menahan haus dan lapar bahkan dibawah cuaca yang terik. Namun, kalau ada orang yang makan bahkan berjualan saat jam puasa di sekitar gue itu gak menghargai banget !

Oh iya, pertama kenalin dulu nama gue Ashraf. Gue adalah seorang mahasiswa dan kini umur gue 20 Tahun. Gue tinggal di sekitar daerah Jakarta Timur. Gue sendiri adalah seorang yang normal normal aja dalam hidup. Gue juga adalah orang yang cukup taat agama. Gue cukup rajin beribadah, terutama di bulan puasa. Gak ada kata bolong hehe.

Bukan hanya anti bolong puasa, gue juga bisa dibilang anti sama orang yang bolong atau batal puasa. Kadang, gue suka menegur teman teman gue yang sengaja membatalkan puasanya dengan keras. Bodo amat dibilang sok ngurusin, yang penting gue bisa dapet pahala dengan menegur orang yang salah. 

Suatu hari di bulan puasa, gua pernah berjalan jalan di sekitar areal kampus. Pada saat itu cuaca nya terik banget. Bisa dibilang itu adalah waktu yang berat untuk puasa. Tapi tiba tiba ada hal yang bikin gue lebih panas lagi. Gue melihat seorang yang gue kenal, sesama mahasiswa sedang makan dengan enaknya di halte kampus. Gue yang orangnya anti batal lantas langsung menegurnya. 

Gue : "Woy, lu tau ga ini lagi bulan puasa. Ngapain lu makan ? " 
Orang Itu : "Lah, masalahnya apa ? Gue gak puasa, gue non muslim ! " 
Gue : "Jangan seenaknya boy, mau agama lu apa kek tapi kalo lo makan di jam puasa artinya lo gak ngehargai gue dan umat lain !
Orang Itu : "Lah apa urusannye, suka suka gue. Katanya puasa nahan nafsu tapi ngeliat gua makan aja keusik, Iman lu tipis tapi mau keliatan religus ya sampai negor orang seenaknya?". 

Gue pun cukup kesal dan langsung nyolot ke dia

Gue : "Maksud lu apa, lu gak usah ngatain iman gue ? Udah salah gausah banyak omong lo !". 

Namun tiba tiba ada satpam kampus yang datang dan memisahkan kami dan berkata, 
Satpam : "Sudah mas, biarkan aja kalau dia gak puasa. Kalau mas marah marah nanti puasa mas bisa batal kan. Lebih baik kalian pulang aja sekarang." 

Gue pun yang masih kesal gak memperdulikan omongan satpam itu dan langsung cabut dari tempat itu dengan kemarahan.

Gue pun tetap dengan pendirian gue, setiap orang yang makan di jam puasa mau dia seiman atau enggak sama gue, itu gak sopan dan gak menghargai gue, Gue pun keesokan harinya berniat untuk ketemu temen deket gue di kampus untuk diskusi agama, terutama soal kejadian kemarin. Pada pagi hari nya, gue pun bertemu dia. Dia adalah salah satu anggota UKM keagamaan di kampus gue juga, namanya Ghaffar,

Gue : "Assalamualaikum Far!" Gue menyapa Ghaffar yang sudah menunggu gue di lobby kampus. 
Ghaffar : "Waalaikumsalam Saf !""Tumben saf pagi pagi ngajak ketemuan, mau ngapain neh?". 
Gue : "Oh iya Far, cuma mau diskusi aja kok. Kemarin gue baru nemuin kejadian gak enak gitu sih. "
Ghaffar : " Gak enak gimana maksud lo Saf, lu di apain?".
Gue :  "Gak diapa apain, tapi gue kemarin kesel aja ketemu orang yang makan di jam puasa. Ngakunya emang non musilm, tapi ya ga sopan aja kalau dia makan di depan kita !". 
Ghaffar : "Terus orang nya lu apain Saf?".
Gue : "Ya gue marahin lah.".
Ghaffar : "Kok di marahin Saf, jangan gitu juga kali"
Gue : "Kok lu malah gitu Far. Tugas kita emang menegur orang yang menggangu ibadah kita Far, bukan membiarkan !"
Ghaffar : " Tapi Saf, menurut gue kan emang dia gak wajib puasa dan gak ada salahnya kalau dia makan."
Gue : " Aneh aneh aja lo Far, itu kan emang tugas kita untuk menegur orang yang menghalangi ibadah kita. Gue kira lo bakal sepikiran sama gue."
Ghaffar : "Yaudah deh, biar lebih jelas, nanti lu ikut gua aja kumpul di sekre UKM buat bahas hal ini. Kebetulan juga ada pembina kita yang paham agama disana, jadi lu bisa tanya tanya ke dia."
Gue : "Okelah, tapi kapan?"
Ghaffar : "Nanti sore jam 4, sekaligus ngabuburit."
Gue : "Oke, gue bisa. Kabarin aja ya Far."
Ghaffar: "Siap Saf."

Gue pun cukup antusias untuk mengikuti pertemuan itu. Sekaligus gue mau banyak berdiskusi untuk menjawab semua penasaran gue. Akhirnya jam 4 pun tiba dan gue lekas menuju sekre UKM Rohis kampus gue.

Gue : "Assalamualaikum"

Para anggota dan seorang pembina pun membalas salam gue, "Waalaikumsalam".

Ghaffar : "Ini pak, teman saya namanya Ashraf, dia mau ikut diskusi disini. Katanya mau banyak yang ditanyakan."
Pembina : "Oh iya silahkan. Perkenalkan Ashraf, nama saya Pak Mardi. Saya juga dosen agama di sini.
Gue : "Iya pak, terimakasih ya sudah menerima saya di sini."
Pembina : "Iya nak. Jadi apa yang mau kamu tanyakan. Silahkan tanya apa saja. Mudah mudahan dapat mencerahkan buat kamu."
Gue : "Baik pak. Jadi gini. Kemarin siang kan saya hendak jalan ke halte untuk balik ke kostan. Nah, disana saya ketemu orang yang gak sopan menurut saya. Dia makan di jam puasa dan saat saya tegur dia malah nyolot balik dan dia bilang kalau iman saya tipis pak>"
Pembina : "Baik, tapi sebelum saya menjawabnya saya boleh bertanya dulu kan nak?"
Gue : "Boleh Pak."
Pembina : "Jadi apa alasan kamu untuk memarahi orang tersebut?"
Gue : "Karena menurut saya tindakan dia itu tak sopan dan tidak menghargai saya. Serta menurut saya itu menghalangi ibadah saya,"
Pembina: "Oke begini nak, saya tanya sekali lagi. Kalau lagi tidak bulan puasa kamu pernah kan makan di tempat umum baik restoran maupun warung?"
Gue : "Pernah pak, memangnya kenapa?"
Pembina : "Pernah tidak waktu kamu makan ada pengemis yang lewat dan melihat kamu lagi makan?"
Gue : "Mmm, Pernah Pak."
Pembina : "Nah, kalau gitu pernah gak pengemis itu tiba tiba marahin atau negur kamu kalau dia lagi lapar."
Gue : "Enggak lah pak itu kan gak sopan."
Pembina : "Oke, sekarang saya akan jelaskan, Puasa itu bukan hanya mengajarkan kita untuk menahan nafsu nak. Tapi juga mengajarkan kita untuk saling menghargai. Dalam puasa juga kita dapat merasakan bagaimana jika kita ada di posisi sang pengemis yang melihat orang sedang makan disaat perutnya kosong dan lapar. Selain itu, kalau kamu marah kepada orang lain dikala kamu puasa kan puasa mu juga akan batal nak. Karena ingat, yang ditahan dalam puasa bukan hanya nafsu makan tetapi juga emosi. Dan, kalau iman kita kuat dan kita merasa diri kita religius harusnya kita tetap kuat jika ada orang yang makan di dekat kita. Paham nak?"
Gue : "Mmm iya pak, saya paham. Saya merasa bersalah ternyata saya melakukan hal yang bertentangan dengan makna puasa."
Pembina : "Tak apa, yang penting kamu sekarang perbanyak ibadah dan latih kesabaran mu. Agar puasa kita dapat berdampak baik untuk kehidupan di masyarakat untuk seumur hidup kita.
Gue : "Baik pak, saya tercerahkan. Terima kasih banyak ya pak untuk pengajarannya. Sama untuk Ghaffar makasih ya udah ngajak gue kesini. Gue dapat banyak ilmu dan berkah di bulan puasa ini.
Ghaffar : "Sama sama Saf. Syukur lu udah bisa tahu kebenaran."

Akhirnya, di bulan puasa ini gue belajar sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang besar dan bermakna. Ternyata sikap sok religius gue selama ini salah. Seharusnya di bulan puasa gue menjadi orang yang lebih sabar dan beriman. Selain itu, dalam puasa kali ini gue belajar untuk menjadi orang yang lebih menghargai sesama. Biarkan orang lain makan saat puasa, karena itu bukan ibadahnya. Tapi untuk diri kita, mari jalankan ibadah kita dengan baik tanpa mengurusi orang lain.

The End !

Comments